Selasa, 01 Mei 2012

Cadangan Air Raksasa di Bumi Afrika


 Afrika selama ini dikenal sebagai benua kering, panas, dan kaya gurun. Tapi siapa menyangka jauh di bawah tanah Afrika terdapat cadangan air bersih yang berlimpah.

Cadangan air tanah berukuran besar itu terdapat di beberapa bagian paling kering di Afrika. Sumber air itu diprediksi bisa menjadi penyangga kehidupan warga Benua Hitam terhadap dampak perubahan iklim pada tahun-tahun mendatang.

Para peneliti dari British Geological Survey and University College London, Inggris adalah tim pertama yang berhasil memetakan akuifer (air tanah) di seluruh Afrika beserta jumlahnya. Mereka memperkirakan cadangan air tanah di Afrika sebesar 0,66 juta kilometer kubik, atau 100 kali lipat jumlah yang ditemukan pada permukaannya.

"Cadangan air tanah terbesar ditemukan dalam sedimen akuifer di negara-negara Afrika bagian utara, seperti Libya, Aljazair, Mesir dan Sudan," kata para peneliti dalam makalah yang diterbitkan di jurnal Environmental Research Letters.

Bahkan beberapa cadangan air tanah terbesar berada di bawah Sahara, gurun terkering di Afrika, pada kedalaman 100-250 meter di bawah permukaan tanah. Cara mengakses air tanah menjadi persoalan utama yang harus dihadapi penduduk Afrika.

“Air pada lapisan lebih dalam dari 50 meter tidak dapat diakses pompa tangan dengan mudah,” kata pemimpin penelitian, Alan MacDonald, dari British Geological Survey. "Pada kedalaman lebih dari 100 meter biaya pengeboran meningkat signifikan karena kebutuhan untuk peralatan yang lebih canggih."


 

Menurut para peneliti, pengambilan air tanah pada skala kecil menggunakan pompa tangan akan jauh lebih baik daripada proyek pengeboran skala besar yang dapat dengan cepat menguras cadangan air dan membawa dampak tak terduga lainnya.

Metode pengambilan air tanah menjadi hal krusial. Sebab, air tanah menjadi bagian penting dari strategi menghadapi permintaan air yang diprediksi akan meningkat tajam seiring pertumbuhan populasi di benua tersebut.

Beberapa perkiraan menyebutkan penduduk Afrika yang tidak memiliki akses ke air bersih berjumlah lebih dari 300 juta. Hanya 5 persen lahan pertanian yang memperoleh pengairan.

"Ini tidak sesederhana mengebor lubang besar dan melihat sawah bermunculan di mana-mana," kata Stephen Foster, seorang pakar air tanah dan penasihat organisasi Global Water Partnership yang berbasis di London.

Foster mencatat proyek penyedotan air tanah sering gagal karena persoalan biaya dan logistik. Proyek irigasi air tanah di Nigeria utara, misalnya, gagal karena meningkatnya biaya bahan bakar. "Ini merupakan faktor utama dalam biaya pengeboran, selain kesulitan distribusi," ujar dia.


tempo.co
sidomi.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar